Kita
harus tanamkan rasa optimis dalam diri kita bahwa Allah Swt pasti menolong
kita. Kita harus sadari bahwa sebenarnya kita tak memiliki kekuatan apa-apa
untuk memecahkan masalah tanpa bantuan-Nya. Maka mutlak, kita membutuhkan
pertolongan-Nya. Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azhiim, tidak
ada daya dan kekuatan kecuali atas campur tangan Allah Yang Maha Tinggi lagi
Maha Agung.
Kita mesti tahu juga bahwa Allah Swt sangat berharap agar
kita bersimpuh memohon sesuatu kepada-Nya. Dia akan sangat senang kalau kita
berdoa meminta pertolongan kepada-Nya, menghiba berharap belas kasih-Nya.
Itulah sebabnya Dia memberi kita cobaan, agar kita menyadari kelemahan, agar
kita menyadari ke Maha-an Allah Swt. Alangkah celakanya kita, jika Dia
membiarkan kita tanpa ‘sentilan-sentilan’ tanda kasih sayang. Justru kita akan
merasa ‘tidak dianggap oleh-Nya, jika tidak diingatkan manakala telah berbuat
salah atau khilaf.
Coba kita ingat masa kecil dahulu, mana yang lebih
menyakitkan, antara dimarahi orang tua dengan diacuhkan tanpa perhatian.
Sekilas kita akan merasa bahwa lebih enak diacuhkan karena kita bebas berbuat
apa saja tanpa akan dimarahi. Tapi bagi yang mau berpikir dewasa, tentu lebih
sakit jika kita diacuhkan orang tua, tanpa ada tegur sapa darinya. Ini sama
saja mereka benci kepada kita sehingga mau menegur saja enggan. Iya, kan?
Allah Swt memiliki cara yang unik untuk menunjukkan
perhatian-Nya kepada kita. Salah satu tanda perhatian-Nya kepada hamba adalah
dengan memberinya masalah. Harapannya agar kita segera sadar dan kembali
kepada-Nya. Maka sudah pasti, Dia akan membantu kita menyelesaikan masalah
tersebut. Itu adalah janji-Nya, dan Dia tidak mungkin menyalahi janji.
Masalah terbesar yang kita hadapi sebenarnya tidak terletak pada
problem yang sedang mendera, tapi lebih pada kedekatan dan sikap kita di
hadapan-Nya. Jika Allah Swt sudah hadir dalam relung hati kita, niscaya semua
masalah menjadi terasa mudah dan ringan.
Wahai saudaraku, tak perlu gundah dan cemas. Tak perlu larut
dalam kesedihan. Semua masalah pasti selesai, seberat apa pun itu asalkan kita
mau melibatkan Allah Swt untuk memecahkannya. Tenangkan hati kita, itu adalah
kunci utama. Kalau hati sudah tenang, maka pikiran kita akan sehat. Tindakan
pun menjadi tertata, penuh perhitungan. Inilah awal sebuah kesuksesan menuju
ketenangan hati.
Allah Swt
berfirman :
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram,” (QS Ar-Ra’d [13]:28)
Dzikir memiliki manfaat yang luar biasa bagi orang-orang yang
mengetahuinya, lebih-lebih yang sudah pernah merasakan kenikmatan di dalamnya.
Coba saja kalau Anda mau mempraktikkan tips berikut ini, di saat menghadapi
masalah berat :
Ambillah air wudlu, lalu tunaikan shalat hajat. Mohonlah
apa yang Anda inginkan kepada Allah Swt . Barangkali ketika menunaikan shalat
hajat Anda tidak bisa tenang dan khusyuk. Tak perlu dipusingkan, anggap saja
itu wajar.
Setelah itu, duduklah dengan tenang
di atas sajadah. Pejamkan mata dan jangan mengingat masalah yang sedang
dihadapi. Kosongkan pikiran dari apa saja yang melintas di kepala. Biarkan hati
yang bekerja. Bacalah istighfar dalam hati sebanyak mungkin, terus-menerus tiada
henti. Tak perlu dilisankan, cukup di dalam hati saja. Anggaplah diri Anda
sebagai hamba yang telah banyak mengecawakan Allah Swt.
Yakinkan bahwa jiwa Anda sedang berada di tempat yang sangat
tinggi, jauh sekali, di dekat singgasana Allah Swt. Jangan membayangkan Allah
Swt, rupa dan bentuk-Nya karena Dia tidak dapat dijangkau dengan akal.
Kosongkan pikiran. Cukup meyakini bahwa diri Anda sedang bersimpuh di suatu
tempat sunyi, jauh di langit tinggi yang hampa.
Anggaplah
tubuh Anda ini sirna. Anggap juga dunia ini fana. Hanya kekosongan saja yang
ada. Tetaplah melantunkan istighfar dalam hati yang sambil meratap meminta
ampunan Allah Swt. Yakini saja bahwa Anda sedang dibelai oleh Dzat Tunggal yang
tidak tampak oleh mata.
Lama-kelamaan, insya
Allah Anda akan melupakan masalah yang sedang Anda hadapi. Masalah itu menjadi
teramat kecil, bahkan sirna bersamaan dengan sirnanya dunia dalam benak Anda.
Alam semesta menjadi hilang dalam keyakinan Anda, yang ada hanya kehampaan di
mana Anda bersimpuh di sana.
0 komentar:
Posting Komentar